Kesenian Banjeng
adalah merupakan salah satu kesenian
yang berada di Aul, kesenian ini merupakan kesenian yang sangat digemari oleh
masyarakat Aul, karna merupakan sarana hiburan untuk melepaskan rasa lelah
setelah seharian bekerja.
Kesenian benjang ini selain menjadi hiburan bagi masyarakat Aul, tapi
kesenian ini terlebih utama yaitu untuk mengusir dari roh halus, untuk menjaga
keselamatan masyarakat, untuk berdoa agar dijauhkan dari hal-hal yang tidak
diinginkan dan masih banyak lagi manfaat dari kesenian ini. Masyarakat Aul masih sangat primitiv
dalam arti masih sangat kental akan hal-hal yang mistis, dan masih ada tradisi
yang ada sangkut pautnya dengan tradisi yang di ajarkan oleh agama Hindu-Budha
salah satunya adalah membakar kemenyan.
Karna membakar kemenyan adalah salah
satu tradisi yang sering dilakukan oleh orang yang beragama Hindu sebagai media
untuk berkomunikasi dengan Tuhannya. Membakar kemenyan ini masih digunakan sekarang ini, dan
sering dilakukan dalam hal-hal tertentu diantaranya : ketika akan mengadakan
syukuran, media untuk berdoa, ketika akan melakukan panen hasil pertanian dan
masih banyak hal lagi yang dilakukan masyarakat Aul membakar kemenyan dalam
melakukan aktivitas tertentu.
Kesenian benjang tidak jauh berbeda dengan kesenian lainnya tapi dalam
kesenian ini ada beberapa alat musik dan ritual yang tidak umum dilakukan dalam
menyelanggarakan suatu kesenian. Dalam kesenian benjang ini ada beberapa alat
musik yang digunakan diantaranya ada kendang 1, kendang 2, kendang kecil, gong,
terbang 1, terbang 2, terbang 3, kecrek, dan bonang. Dalam kesenian ini
biasanya diwarnai dengan orang-orang yang ikut berjoged untuk lebih menikmati
setiap alunan musik dan tidak luput diwarnai dengan adanya orang yang kesurupan
atau kemasukan roh halus. Biasanya orang yang dituakan dalam kampung tersebut
mengundang roh halus untuk menyampaikan apa saja yang harus dilakukan oleh
manusia. Kesenian Benjang ini biasa diselenggarakan setiap akan
diadakannya suatu hajatan, kariyaan, ruwatan bumi, dan syukuran lainnya.
Kesenian ini biasanya dilaksanakan malam sebelum dilaksanakannya hajatan.
Ada
yang mengatakan kalau akan mengadakan suatu hajatan atau ruwatan tapi malam
sebelumnya tidak menelenggarakan kesenian benjang maka hari pelaksanaan hajatan
akan ada masalah yang tidak diduga-duga sebelumnya atau akan terjadi kejadian
aneh dan sangat ganjal, seperti tiba-tiba ada yang kesurupan, hilangnya benda
yang semesinya tidak hilang dan masih banyak lagi kejadian-kejadian aneh. Karna
masyarakat Aul masih percaya akan hal-hal yang mistis.
Dalam pagelaraan Benjang tidak
luput dengan adanya orang yang kesurupan, bahkan tidak aneh lagi, karna dalam
pagelaran Benjang ini bertujuan untuk mengundang para arwah karuhun, untuk
menyampaikan pesan kepada masyarakat yang menyelenggarakan benjang.
Kesenian
ini didirikan oleh dua orang yang besaudara yaitu Ki Surayi dan Ki Surnayi.
Awalnya kesenian ini bertujuan sebagai perantara antara para arwah karuhun
dengan masyarakat Aul, tapi belakangan ini sudah aga berubah, karna selain
sebagai penghubung antara masyarakat Aul dengan para arwah karuhun tetapi juga
sebgai media hiburan, karna dahulu tidak ada media elektronik seperti sekarang
ini, dahulu mereka menghibur diri mereka sendiri dengan mengadakan
hiburan-hiburan.