Bejana
perunggu yang ditemukan oleh Maman warga kampung Tangkil di kedalaman 50 cm
tersebut memiliki ukuran tinggi 90 cm lebar 60 cm. Artefak ini merupakan yang
terbesar dari 3 buah bejana perunggu yang pernah ditemukan di Indonesia.
Dua
bejana perunggu lainnya di temukan di Kerinci dan Madura. Pada permukaan bejana
perunggu ini terdapat pola hias yang didominasi pola tumpal dan suluran. Pola
hias yang terdapat pada bejana perunggu Subang merupakan yang terlengkap
dibandingkan dengan bejana perunggu lainnya. Kini pola hias tersebut akan
dikembangkan menjadi motif batik khas Subang.
Selain
bejana perunggu beberapa peninggalan masa perundagian lainnya juga ditemukan di
wilayah Subang diantaranya kapak corong, kapak sepatu, dan kapak candrasa di
Desa Nangerang, Kecamatan Binong. Ada juga temuan berupa cawan, mangkuk, dan
tutup cepuk yang terbuat dari perunggu ditemukan di pinggir aliran sungai
Cinangka Legok Kiara Batu Kapur Kecamatan Sagalaherang. Hal ini menunjukkan
pada zaman perunggu di Subang terdapat beberapa titik-titik peradaban yang
menyebar.
Bejana
perunggu dan berbagai artefak peninggalan zaman perunggu yang ditemukan di
Indonesia menunjukan persamaan dengan temuan-temuan di Dong Son (Vietnam), baik
bentuk ataupun pola hiasnya, hal ini menimbulkan dugaan tentang adanya hubungan
budaya yang berkembang di Dong Son dengan di Indonesia. Hingga saat ini belum bisa dipastikan
peninggalan-peninggalan zaman perunggu di Subang tersebut dibuat di Subang atau
dibawa dari belahan utara seperti Dong Son.
Namun dapat dipastikan ketika itu
di wilayah Subang telah terjadi akulturasi budaya dengan pendatang dari luar,
termasuk terjadinya pernikahan antara penduduk asli dengan para pendatang.
Adanya akulturasi budaya inilah termasuk kedatangan bangsa India di masa
selanjutnya, yang kemudian mungkin membentuk kebudayaan sunda saat ini.
Ditemukannya bejana perunggu dan berbagai peninggalan zaman perunggu bisa jadi
merupakan bukti bahwa penduduk Indonesia termasuk Subang merupakan manusia yang
bermigrasi dari belahan bumi utara ke selatan.
Menurut
Ahli prasejarah Drs. Lutfi Yondri, M. Hum, bejana perunggu merupakan benda yang
mengandung arti sangat tinggi bagi pendukung kebudayaannya pada saat itu,
karena dipercaya bahwa yang memiliki benda ini hanyalah orang-orang tertentu
yang meiliki stratifikasi sosial yang sangat tinggi.
Penemuan ini salah satunya
membuktikan bahwa, masyarakat Kabupaten Subang pada saat itu telah masuk ke
dalam lingkup peradaban yang tinggi. Bagi rentang perjalanan sejarah kabupaten
Subang, penemuan bejana perunggu di wilayah ini, merefleksikan salah satu
pencapaian puncak-puncak kebudayaan masyarakat Subang.
Ditemukannya bejana perunggu terbesar
tersebut harus menjadi kebanggaan sekaligus pelecut semangat untuk masyarakat
Subang untuk kembali mencapai puncak kejayaannya seperti tingginya peradaban
Subang ribuan tahun yang lalu.