Tugu nanas
yang menjadi persimpangan empat Kabupaten Subang, Sumedang, Bandung dan
Purwakarta, merupakan jalan penjagaan pada masa penjajahan Belanda.
JALAN jaga yang sudah ada sebelum Indonesia merdeka, sebagai tempat penjagaan pasukan Belanda yang akan melintas untuk menjajah.
JALAN jaga yang sudah ada sebelum Indonesia merdeka, sebagai tempat penjagaan pasukan Belanda yang akan melintas untuk menjajah.
Kantor Pos yang berada tepat di depan tugu nanas, merupakan rumah peninggalan Belanda yang diduduki pribumi sejak tanggal 17 Agustus 1945. Semenjak Indonesia merdeka, jalan jaga yang kini menjadi Jalancagak, mulai bebas dilewati warga pribumi. Ketika zaman Belanda, jalan itu hanya tanah dan batu, belum ada tugu nanas. Hanya saja yang paling terkenal, karena jalan tersebut ada tiga cabang, warga pribumi menyebutnya jalan nyagak (bercabang, red).
Tetapi warga menyebutnya dengan fasih Jalancagak yang
hingga kini terkenal dengan tugu nanasnya.
Seiring berjalannya waktu, dengan pertambahan jumlah penduduk, pemerintahan mulai dibangun. Desa Bunihayu yang merupakan desa tertua mengawali adanya pemerintahan di kawasan tersebut pada tahun 70-an. Setelah mekar, desa Jalancagak, bertumbuhlah desa yang lain, hingga 11 desa yang mendesak untuk didirikan menjadi kecamatan.
Seiring berjalannya waktu, dengan pertambahan jumlah penduduk, pemerintahan mulai dibangun. Desa Bunihayu yang merupakan desa tertua mengawali adanya pemerintahan di kawasan tersebut pada tahun 70-an. Setelah mekar, desa Jalancagak, bertumbuhlah desa yang lain, hingga 11 desa yang mendesak untuk didirikan menjadi kecamatan.
Dari kemantren Jalancagak menjadi
perwakilan daerah yang dipimpim Tajudin Nur dengan kantor di balai desa
Jalancagak (saat ini kantor desa Jalancagak, red). Dorongan dari tokoh
masyarakat dan pimpinan 11 desa yang menandatangani ke Bandung untuk
dijadikan kecamatan. Demikian diungkapkan H Sajidin (68), tokoh
masyarakat Jalancagak.
H Sadjidin mengatakan, dalam prosesnya,
berdirinya Kecamatan Jalancagak dengan desakan dari 11 pemerintah yang
ada di wilayah Jalancagak. Pengajuan ke provinsi hingga ke pusat
ditempuh dengan tekad ingin mengembangkan daerah. Melalui proses yang
panjang dan perjuangan para tokoh masyarakat ditetapkannya pada tanggal
16 Februari 1981 sebagai hari lahir Kecamatan Jalancagak.
“Penetapan tersebut diresmikan Gubernur Jawa Barat Aang Kunaefi dan sempat bentrok dengan kecamatan tomo pada saat itu.
“Penetapan tersebut diresmikan Gubernur Jawa Barat Aang Kunaefi dan sempat bentrok dengan kecamatan tomo pada saat itu.
Namun karena desakan warga
Jalancagak, kecamatan diresmmikan beliau dan Dachlan sebagai camat
pertama ketika itu,” kata pelaku sejarah dari tokoh pemuda yang dulu
menjadi saksi dan ikut menandatangani pernyataan ingin dibangunnya
kecamatan Jalancagak.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan dari berbagai sektor terus meningkat terjadi pemekaran Kecamatan Ciater dan Kasomalang. Menandakan potensi yang luar biasa dari Kecamatan Jalancagak yang tidak dapat dikembangkan sendiri. Namun dari perkembangannya pasar dan terminal yang layak untuk daerah Jalancagak masih belum terpenuhi.
Sementara Camat Jalancagak Nana Mulyana mengatakan, Jalancagak yang dulunya jalan jaga memang harus diwujudkan. Dengan potensi wisata Subang Selatan, Jalancagak harus menjadi daerah penyangga wisatawan yang dapat mendongkrak perekonomian.
“Jalancagak sebagai pusat dari Subang selatan dari tujuh kecamatan. Sebagai jalur yang sering dilintasi. Jalancagak harus bisa berkembang dan lebih dipercantik. Terlebih lagi dengan akan dibukanya jalan tol Cikampek Palimanan (Cipali), yang berdampak porsitif bagi wilayah selatan dalam potensi wisatanya.