Makam Karomah penyebar agama Islam pertama di Kabupaten Subang, Raden
Aria Wangsa Goparana minim perhatian dari pemerintah daerah. Kondisi cat
yang nampak lusuh dan kerusakan beberapa bangunan, menjadi pemandangan
di makam ulama yang menyebarkan Islam abad 15 dan ayahanda Bupati
Ciamis.
Sebagai bentuk kepedulian, Pengurus Anak Cabang (PAC) Pemuda
Pancasila (PP) Jalancagak dan Sagalaherang, melakukan bakti sosial di
makam yang berlokasi di Blok Karang Nangka Beurit Desa Sagalaherang
Kaler Kecamatan Sagalaherang.
Penasehat PAC PP Jalancagak, Asep (Emong)
Hermawan mengatakan, kegiatan tersebut hasil dari kerja sama dengan PAC
PP Sagalaherang. Tujuannya, untuk merawat asset cagar budaya yang ada di
Kabupaten Subang. “Syekh Goparana adalah ulama yang menyebarkan agama
Islam pertama di Subang sejak abad 15 lalu. Tetapi area makamnya seperti
lusuh. Jadi PAC PP Jalacagak dan Sagalaherang bergabung untuk
membersihkan dan mengecat ulang pagarnya,” katanya.
Menurutnya, makam tersebut ukan hanya dikunjungi warga lokal, justru banyak sekali dari luar daerah. Terutama dari daerah yang berkaitan dengan Raden Aria Wangsa Goparana. “Kalau pemandangannya jelek, kan kita malu dengan tamu atau pengunjung yang datang ke sini,” ungkapnya. Hal senada diungkapkan Ketua PAC PP Sagalaherang, Sukatmo. Sebagai pribumi, Sukatmo prihatin dengan pemeliharaan makam karomah tersebut.
Sebab, pemeliharaan hanya
mengandalkan dari infak, sedekah atau sumbangan dari pengunjung.
“Walaupun sebagai pribumi, kita juga pengunjung. Kami bergabung untuk
menunjukan eksistensi PP, dalam mengabdi kepada masyarakat. Khususnya
dengan melakukan aksi bakti sosial di wilayah Selatan, yang saat ini di
makam karomah Aria Wangsa Goparana,” katanya.
Baginya, makam karomah sebagai bangunan cagar budaya, memiliki nilai historis yang sangat tinggi. Sangat disayangkan jika tidak dijaga dan dirawat bersama-sama. “Ini bukan hanya tanggung jawab, pengelola dan kuncen atau juru kunci di makam karomah, tapi semua elemen masyarakat hingga pemerintahan harus peduli kepada bangunan cagar budaya yang ada di Subang,” ungkapnya.
Bantuan Pemeliharaan Hanya Tahun 2006 Makam Aria Wangsa Goparana
terletak di Blok Karang Nangka Beurit Desa Sagalaherang Kaler Kecamatan
Sagalaherang. Untuk mendatangi lokasi, pengunjung harus berjalan kaki
sejauh 500 meter. Dalam perjalanan, pengunjung akan disuguhkan dengan
pemandangan sawah yang hijau di sebelah kanan dan di kiri ada komplek
makam.
Hawa sejuk dan udara yang dingin dengan angin sepoy-sepoy
berhembus, ketika pengunjung tiba di depan gerbang masuk. Sebelum masuk
ke makam Raden Aria Wangsa Goparana, di depan area makam yang dipagar
ada plang dari Balai Pengelolaan Kepurbakalaan Sejarah dan Nilai
Tradisional Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Provinsi Jawa
Barat. Makam karomah berada pada bangunan permanen dengan atap tumpang
dari bahan genting.
Sebelah timur cungkup makam Aria Wangsa Goparana,
terdapat bangunan musala Al-Ikhlas. Seluruh bangunan di kompleks makam
ini, merupakan bangunan baru yang pemugarannya dilaksanakan pada 25
Maret 1984 dan peresmiannya pada 27 Mei 1984. Pengelola Makam Karomah
Raden Aria Wangsa Goparana, Agus Mulyana (45) menceritakan sekilas
perjalan penyebar Islam di Subang tersebut. Dari cerita turun temurun
leluhurnya, Agus menuturkan, Raden Aria Wangsa Goparana adalah tokoh
penyebar Islam di Sagalaherang, yang merupakan putra Sunan Wanaperi,
raja kerajaan Talaga. Di Talaga, Aria Wangsa Goparana merupakan orang
pertama yang memeluk Islam.
Ketika itu, ia mendapat pelajaran dari Sunan Gunungjati. Pada tahun 1530 , ia mengadakan perjalanan ke arah barat dalam rangka menyebarkan agama Islam. Wilayah yang di-Islam-kannya, meliputi Subang, Pagaden, Purwakarta, Cianjur, Sukabumi dan Limbangan. Ketika itu kawasan tersebut merupakan wilayah kerajaan Sumedang Larang.
Aria Wangsa Goparana menurunkan lima orang putra, yaitu
Entol Wangsa Goparana, Wiratanudatar, Yudanegara, Cakradiparana, dan
Yudamanggala. Putera Arya Wangsa Goparana kemudian menyebar ke daerah
Limbangan, Cijegang (Cikalongkulon), Cikundul dan tempat-tempat lain. Di
tempat yang baru, keturunan Aria Wangsa Goparana banyak yang menjadi
orang penting seperti bupati dan ulama besar.
“Syehk Goparana berkelana sendiri ke daerah yang di-Islam-kannya. Setelah wafat, para putranya menyebarkan agama Islam ke daerah yang lain,” katanya.
Berbicara kondisi makam karomah saat ini, Agus sangat prihatin minimnya
perhatian dari pemerintah setempat. Sebab, untuk pemeliharaan seluruh
area makam tidak ada bantuan dari pemerintah. Selama menjadi pengelola
sejak tahun 1982, Agus mengaku, tidak pernah menerima bantuan dari
pemerintah setempat. Baik desa, kecamatan, bahkan kabupaten pun tidak
ada. Ada pun bantuan, datangnya dari Disbudpar Provinsi Jawa Barat pada
tahun 2006.
“Bantuannya untuk dana pemeliharaan Rp300 ribu per triwulan.
Namun hingga saat ini, tidak ada lagi bantuan tersebut,” katanya.
Pemeliharaan yang dilakukan, kata dia, hasil kerja keras para juru kunci
dan swadaya dari sumbangan pribadi para pengunjung. Dari mulai, gapura
di depan, jalan, pagar hingga bangunan dibangun hasil dari infak atau
sedekah para pengunjung.
Pernah ada bantuan dari provinsi sebesar Rp4
juta dari provinsi. Dana tersebut, dimanfaatkan untuk pemeliharaan.
Bahkan pengelola sempat tekor, karena untuk pemeliharaan keseluruhan
menghabiskan dana Rp6 juta saat itu.
“Pada tahun 1971, makam karomah mulai dibangun permanen. Kemudian ada pemugaran kedua tahun 1984. Pagar pun dibangun pada tahun 90an. Semua itu tanpa bantuan dari pemerintah dan atas usaha dari pengelola dan kerja keras para juru kunci,” ungkapnya.
Meski demikian, Agus mengapresiasi Ormas Pemuda Pancasila yang sudah peduli terhadap bangunan cagar budaya. Agus mengucapkan terima kasih atas kepedulian dari semua pihak, yang mau menjaga keutuhan bangunan cagar budaya. Namun saya berharap, pemerintah harus lebih peduli, karena ini situs bersejarah yang banyak dikunjungi dari berbagai daerah luar Subang.