Mesjid Besar Al-Ikhlas yang kokoh berdiri dan cukup megah, yang
letaknya ada di Jalan Raya Jalancagak Subang-Wanayasa Purwakarta, tepat
berada di Lingkungan Perkantoran Kecamatan Sagalaherang Subang.
Ternyata
Mesjid Al-Ikhlas ini memiliki sejarah sebagai Mesjid tertua dan
pertama, juga sebagai tempat penyebaran Agama Islam di Subang, paska
Wangsa Goparana sekitar abad ke 13.
Berdasarkan
perjalanan sejarahnya Mesjid Al-Ikhlas tersebut berawal dari
keberangkatan Wangsa Goparana atas perintah Prabu Gusan Ulun, ketika
Subang Larang memeluk Ajaran Islam, yang sebelumnya memeluk agama Hindu
dari Kerajaan Sunda terakhir setelah Kerajaan Pajajaran runtuh.
Setelah Prabu Gusan Ulun dikalahkan Kesultanan Cirebon, kemudian Gusan Ulun pun memeluk Ajaran Islam, selanjutnya Gusan Ulun memerintahkan Seorang Kiayi besar bernama Eyang Wangsa Goparana dari Kerajaan Talaga, masuk ke Sagalaherang, untuk menyebarkan Islam dikalangan Raja-raja bagian dari Kerajaan Sumedang Larang.
Raja-raja bagian itu yang harus di Islamkan Wangsa Goparana, mulai dari Perbatasan Banten sampai dengan keperbatasan Jawa Tengah
Setelah Prabu Gusan Ulun dikalahkan Kesultanan Cirebon, kemudian Gusan Ulun pun memeluk Ajaran Islam, selanjutnya Gusan Ulun memerintahkan Seorang Kiayi besar bernama Eyang Wangsa Goparana dari Kerajaan Talaga, masuk ke Sagalaherang, untuk menyebarkan Islam dikalangan Raja-raja bagian dari Kerajaan Sumedang Larang.
Raja-raja bagian itu yang harus di Islamkan Wangsa Goparana, mulai dari Perbatasan Banten sampai dengan keperbatasan Jawa Tengah
Setelah Raja-raja bagian pada memeluk Islam, dan sepeninggalnya
Wangsa Goparana, Mesjid Al-Ikhlas Sagalaherang yang berlantai dua, yang
mulai dibangun secara megah pada tahun 1870 Masehi, atau 5 abad setelah
Wangsa Goparana Wafat, Mesjid peninggalan Eyang Wangsa Goparana itu
diberi nama Mesjid Jami Kaum Sagalaherang.
"Mesjid Jami
Kaum Sagalaherang pendirinya atau dibangun oleh Ki Demang Ayub, Imam
Masjid Ama Mu'alif, Imam yang merangkap sebagai Penghulu dan makam Imam
Mesjid itu saat ini berada tepat di belakang Mesjid itu,"
Untuk membuktikan sejarah Mesjid itu, ketua Dewan Kemakmuran Mesjid
(DKM) Mesjid Agung Sagalaherang, Drs. Gaos Solahuddin mengungkapkan,
sampai sekarang masih ada tulisan Arab dengan berbagai hiasan, dan
kohkol besar (sebagai alat pemberitahuan waktu Sholat sebelum
dikumandangkan Adzan.
"Konon menurut ceritanya pada tahun 1899-1981, lantai Mesjid yang
berwarna merah karena terbuat dari tepung bata merah, yang diaduk dengan
Peueut (bahan gula aren), sehingga lantainya sangat keras dan
mengkilat, belum lagi menara yang berjumlah 4 buah, yang terbuat dari
kayu jati setinggi 15 meter tanpa sambungan, yang dihiasi dengan ukiran
mirip Mesjid Demak dan sekelilingnya dihiasi taman serta kolam dan
tempat wudhu di sebelah kiri-kanan Mesjid, yang dibuat oleh Kakeknya,
Almarhum Muchammad Kurdi,"
Kemudian pada tahun 1965 beberapa bagian dari bangunan Mesjid
Al-Ikhlas ini sudah lapuk dan Arsitektur yang bernama Iyep Rumansyah
memprakarsai pembongkaran dan membangunnya kembali, hanya saja hampir
selama 5 tahun tidak selesai, hingga dilanjutkan pada tahun 1970 oleh
seorang Danramil Sagalaherang Kapten Hasyim Asyari dengan mengandalkan
Gotong-royong.
"Sehingga Mesjid itu juga berganti nama
Mesjid Agung Al-Muawanah, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan gambar,
selanjutnya pada tahun 1977 kembali direnovasi dengan sumber dana dari
Bantuan Presiden (Banpres), lagi-lagi hasilnya tidak memuaskan, bahkan
banyak yang bocor disana-sini, bahkan ada tiang yang sampai ambruk, dan
akhirnya pada tahun 1995 dibangun secara total Mesjid Al-Ikhlas ini,
oleh Profesor Doktor Ir. Haryanto Danutirto sehingga bangunan Mesjid
Al-Ikhlas ini Mejulang megah dan menjadi Mesjid yang representatif,"