Pemkab Subang direkomendasikan menyusun rencana adaptasi perubahan iklim
dan kawasan agropolitan melalui pemanfaatan kajian kerentanan, risiko,
dan perubahan iklim. Rekomendasi tersebut berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bersama dengan
Institut Pertanian Bogor.
Staf Ahli Kementerian, DR. Ferdinand, saat memberikan paparan di Aula Bappeda Subang, Kamis (24/11/16) Menjelaskan, Guna menyusun rencana adaptasi perubahan iklim perlu dibentuk tim
iklim dalam rangka penanggulangan resiko atas terjadinya iklim terhadap
produksi pertanian, peternakan, perikanan.
"Ancaman kemiskinan pun bila diteliti ada kaitannya karena lebih
disebabkan terancamnya lahan pertanian akibat perubahan iklim. Sehingga
dengan adanya tim iklim pemerintah daerah akan memiliki dokumen kajian
risiko dan dampak perubahan iklim,"
Dokumen kajian iklim nantinya dapat digunakan untuk memetakan kondisi
sosial ekonomi di Kabupaten Subang terkait aspek prioritas pembangunan,
yaitu kemiskinan, pariwisata, dan lingkungan. Selain itu, perlu
penerbitan Peraturan Bupati agar dokumen dapat dijadikan acuan dalam
penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dan Rencana Program
Pembangunan Daerah.
Hal senada diungkapkan dari tim IPB, Dr. Rini Hidayati, iklim bersifat dinamis, ada kalanya iklim dapat menguntungkan dan ada kalanya merugikan. Iklim memiliki pengaruh yang sangat luas (pertanian dalam arti luas, pemenuhan kebutuhan air dan industri dan rumah tangga). Apalagi Subang konidisi iklminya terdiri dari dataran tinggi sampai dataran rendah, musim kemarau sampai penghujan.
Dikatakannya, strategi manajemen pertanian berbasis iklim penguatan ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim diperlukan. Karena iklim yang baik akan menghasilkan produksi pertanian yang baik. Diperlukan peningkatan pengetahuan dan kapasitas penggunan, pemanfaatan profil iklim, interpretasi daerah wilayah iklim saat ini, perencanaan strategi adaptasi untuk mengatasi bencana terkait iklim.
Sementara itu, Kabid Ekonomi Bappeda Subang, Drs Mochammad Solihin membenarkan kalau iklim di wilayah kerjanya mempengaruhi faktor produksi dan dapat menjadi faktor bencana alam. Keberadaan iklim harus dipelajari agar bisa beradaptasi.
“Kita siap membentuk tim iklim Kabupaten Subang agar bisa mensosialisasikan kepada masyarakat juga dapat menangkap peluang terhadap perubahan iklim itu sendiri,“ (gm)
Hal senada diungkapkan dari tim IPB, Dr. Rini Hidayati, iklim bersifat dinamis, ada kalanya iklim dapat menguntungkan dan ada kalanya merugikan. Iklim memiliki pengaruh yang sangat luas (pertanian dalam arti luas, pemenuhan kebutuhan air dan industri dan rumah tangga). Apalagi Subang konidisi iklminya terdiri dari dataran tinggi sampai dataran rendah, musim kemarau sampai penghujan.
Dikatakannya, strategi manajemen pertanian berbasis iklim penguatan ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim diperlukan. Karena iklim yang baik akan menghasilkan produksi pertanian yang baik. Diperlukan peningkatan pengetahuan dan kapasitas penggunan, pemanfaatan profil iklim, interpretasi daerah wilayah iklim saat ini, perencanaan strategi adaptasi untuk mengatasi bencana terkait iklim.
Sementara itu, Kabid Ekonomi Bappeda Subang, Drs Mochammad Solihin membenarkan kalau iklim di wilayah kerjanya mempengaruhi faktor produksi dan dapat menjadi faktor bencana alam. Keberadaan iklim harus dipelajari agar bisa beradaptasi.
“Kita siap membentuk tim iklim Kabupaten Subang agar bisa mensosialisasikan kepada masyarakat juga dapat menangkap peluang terhadap perubahan iklim itu sendiri,“ (gm)