Pernikahan
usia dini akhir-akhir ini semakin tinggi, sehingga menjadi salah satu kendala
yang harus dihadapi dalam upaya pengendalian jumlah penduduk oleh Badan
Koordinator Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Terkait hal tersebut, Deputi Pengendalian
Penduduk BKKBN, Wendi Hartanto mengungkapkan, angka Pernikahan dini,
kenaikannya cukup tinggi, dari asalnya 26 per 1.000 orang kini menjadi 32 per
1.000.
Dikatakannya kenaikan pernikahan
usia dini terjadi di perkotaan, sedangkan di pedesaan, justru sebaliknya
mengalami penurunan, namun jika dilihat dari jumlah dipedesaan masih lebih
banyak karena jumlah awalnya dua kali lipat dari perkotaan, dan persoalan itu
saat ini banyak dipengaruhi oleh gadget .
Dijelaskannya,
laju pertumbuhan penduduk nasional terus naik hasil sensus terakhir pada
rentang waktu 2000 - 2010 mengalami kenaikan 1,49 persen per tahun. Kenaikan
itu bila dibandingkan tahun sebelumnya yaitu rentang waktu 1990 - 2000 laju
pertumbuhannya sekitar 1,45 pesen.
Selain faktor atau pengaruh
gadget,yang menjadi penyebab kenaikan angka pernikahan dini itu, termasuk
permasalahan di Perintahan pada masa transisi otonomi daerah diberlakukan,
sehingga dampak otonomi daerah tersebut, berbeda-beda di setiap daerah, tetapi
di Jabar program KB malah lebih bagus. Itu bisa dilihat dari komitmen anggaran
dan kesiapan sdmnya, apalagi pusat tidak mampu menjangkau semua daerah.
Ditambahkan Wendi, saat ini BKKBN, belum memiliki angka yang pasti,
terkait perkembangan penduduk terbaru, karena tidak setiap tahun
dihitung dan angka pasti baru bisa diketahui 2020 nanti, tetapi dari
data proyeksi BKKBN, diperkirakan ada penurunan, itu dilihat dari
turunnya Tingkat Fertilite Rate mengacu pada tiga survai di antarnya
susenas.