Mantan Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Komunikasi
dan Informatika Gatot Sulistiantoro Dewa Broto mengatakan berita bohong
atau hoax, bukan merupakan fenomena yang terjadi saat ini saja. Namun
harus diakui, berita hoax saat ini lebih dahsyat.
Oleh
sebab itu, menjadi kewajiban bagi institusi atau individu untuk
menjawab dan menangkis berita hoax. Gatot berbagi pengalaman untuk
menghadapi berita hoax atau bully-an di media sosial.
“Kami
punya pengalaman ya. Misal serangan atau membully kami, atau pribadi.
Cepat saya merespon meskipun saya melelahkan. Mulai case bonek mau
diakui oleh PSSI atau tidak. Kemudian sebelum laga kick off Piala
Presiden ada gambar elang tetapi saya menyebut garuda. Saya langsung di
bully. Langsung saya mohon maaf. Dan dengan bahasa halus, saya menjawab
satu persatu,” kata Gatot,
Kamis (9/2/2017).
Kamis (9/2/2017).
Tindakan Gatot menjawab
satu persatu yang membully, justru menuai simpati. Nitizen menyebut
tindakan Gatot tidak lazim dilakukan oleh pejabat. Tidak lazim yang
dimaksud adalah positif. Intinya, kata Gatot, untuk menghadapi berita
hoax, jangan dilawan.
“Sampai muncul komentar ‘Ih aneh dan unik baru
kali ini ada pejabat negara menjawab satu-satu. Akhirnya muncul
simpati. Poinnya adalah dengan bahasa halus. Saya kasih advice kepada
siapapun yang kena hoax atau dibully, jangan melawan. Jangan sekali-kali
melawan. Lakukan dengan cara halus”.
Selanjutnya,
penyelesian informasi hoax adalah dilakukan pendekatan secara personal.
Menangkis informasi hoax di media sosial, tidak sepenuhnya dapat
menyelesaikan masalah.
“Respon untuk menyelesaikan di
media, bukan menyelesaikan secara total. Seberapa pun cyber volunteer,
pasukan yang dihadirkan, yang penting pendekatan secara fisik. Misal
saya tidak hanya meminta maaf tetapi mendatangi satu persatu ke
suporter, ke Arema, ke Bonek. Kalau hanya bermain di cyber, tidak akan
selesai,” tegasnya. (R2I - Sgd/AA)