Bewara GSP - Kebutuhan konsumsi daging sapi warga Jawa Barat, termasuk pula saat
menghadapi Hari Besar keagamaan masih mengandalkan pasokan dari luar
daerah. Dari total kebutuhan setiap tahun sekitar 500 ribu ekor sapi
potong, 130 ribu - 200 ribu ekor di antaranya masih dipasok luar daerah
maupun impor.
Namun Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat
optimis, kebutuhan daging sapi menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri tahun
ini bisa terpenuhi.
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
Provinsi Jawa Barat, Dody Firman Nugraha, saat ditanya seputar kesiapan
dan antisipasi lonjakan kebutuhan daging sapi menghadapi Ramadhan dan
Idul Fitri, ketika menghadiri acara di Subang.
"Ya, kebutuhan konsumsi
daging sapi reguler maupun hari besar keagamaan di Jabar belum bisa
terpenuhi oleh stok lokal, sebesar 30 persen masih harus mendatangkan
pasokan dari luar," katanya.
Dikatakannya, walaupun setiap tahunnya masih mengalami defisit,
tetapi selama ini kebutuhan konsumsi warga bisa dipenuhi. Stok daging
sapi di pasaran selalu aman, tak pernah mengalami kelangkaan.
Namun konsekuensinya ketika permintaan naik, harga daging dipasaran
juga menjadi tinggi. "Kalau stok, selalu ada pasokan, tak pernah kosong,
itu dikarenakan potensi pasar Jabar besar. Biasanya kekurangan dipasok
Jawa tengah, Jawa Timur dan Impor sapi bakalan," ujarnya.
Dikatakannya, saat ini harga daging sapi dipasaran relatif tinggi
tetapi masih stabil. Daging sapi kualitas bagus rata-rata dijual Rp 120
ribu - Rp 130 ribu per kilogram.
"Harga di pasaran sulit dikendalikan, apalagi saat kebutuhannya
meningkat. Kami terus berupaya supaya stoknya ada dipasaran, tak sampai
langka. Yang paling penting ada stok, jangan sampai harga mahal, barang
tak ada," katanya.
Dijelaskannya berbagai upaya terus dilakukan dalam rangka
miningkatkan populasi sapi potong, di antaranya melalui program sapi
indukan wajib bunting.
Sapi betina yang ada di peternak lokal diberi
inseminasi buatan secara cuma-cuma tanpa dipungut biaya. "Jadi non
biaya, pemerintah memberikan subsidi simennya," katanya.
Dia berharap melalui program tersebut bisa mendongkrak populasi sapi
di Jabar. Apabila tanpa program rata-rata pertumbuhan populasi antara 4 -
5 persen. Dengan digulirkannya program itu diharapkan pertumbuhan
populasi bisa naik hingga 10 persen.
"Populasi sapi di Jabar
diperkirakan ada 412 ribu ekor. Sentra sapi potong tersebar, paling
banyak di wilayah selatan, seperti Tasikmalaya, Sukabumi, Garut,
Cianjur, dan Ciamis. Di utara juga ada, seperti di Subang," katanya.
Diakuinya, upaya mengejar kemandirian sapi potong terbilang berat,
butuh proses dan waktu lama. Sebab dari hitungan bisa mandiri itu
setidaknya populasi harus ada 3,5 juta ekor.
Sedangkan program pengadaan
sapi dari pusat setiap tahunnya antara 100 - 200 ekor. "Kalau hitungan,
butuh waktu lama. Namun yang penting saat ini terus berupaya supaya
kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi bisa terpenuhi," katanya.
Berdasarkan data, lanjutnya, di Jabar kebutuhan daging sapi reguler
sebanyak 448 ribu ekor setahun, ditambah kenaikan permintaan saat hari
besar keagamaan 135 ribu ekor, sehingga total kebutuhannya mencapai 583
ribu ekor.***(prlm)