Bewara Budaya GSP - Belum
lama ini, sejumlah masyarakat pemerhati sejarah dan budaya melaporkan
adanya sebuah lokasi di Kampung Cibiru Desa Margalaksana Kecamatan
Bungbulang selatan Kabupaten Garut berupa bukit memanjang terdiri dari
deretan balok-balok batu berbentuk unik dan aneh mirip balok-balok batu
terdapat di situs megalitikum Gunung Padang Cianjur.
Keberadaan
batu-batu unik di Desa Margalaksana itu bukan hanya memiliki kemiripan
dengan yang berada di Gunung Padang melainkan diduga lebih banyak lagi.
Atau dengan kata lain, radius keberadaan batu-batuannya lebih luas. Tak
heran, jika arealnya dinilai berpotensi merupakan situs megalitikum
seperti halnya situs Gunung Padang.
Hanya,
berbeda dengan situs Gunung Padang yang mengundang berbagai upaya riset
dan penelitian bukan hanya para ahli dari dalam negeri melainkan juga
para ahli dari berbagai negara di dunia, keberadaan bebatuan di Desa
Margalaksana yang kadang disebut Batu Raden itu bisa dikatakan belum
tersentuh penelitian sama sekali.
Akan
tetapi baru-baru ini, jajaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
(Disparbud) Kabupaten Garut, dan Wabup Garut Helmi Budiman merespon
laporan tersebut dengan meninjau ke lokasi. Dalam waktu dekat, Pemkab
Garut pun disebut-sebut segera mengundang Tim Ahli untuk bisa mengungkap
keberadaan bukit balok batu misterius tersebut.
Seperti
halnya bebatuan di Gunung Padang Cianjur, bebatuan di Desa Margalaksana
juga berbentuk balok-balok batu memanjang berbagai ukuran dengan tampak
muka persegi lima, atau persegi enam dengan diameter bervariasi mulai
sekitar 15 centimeter lebih. Panjang balok batu juga bervariasi.
“Panjangnya
ada yang mencapai tiga meter. Menurut warga bahkan ada juga yang
mencapai lima meter. Sayangnya, banyak balok batu yang patah-patah, dan
dimanfaatkan warga untuk dijadikan dinding rumah, atau batu tatapakan
untuk jalan,” kata Kepala Disparbud Budi Gan Gan didampingi Kepala
Bidang Kebudayaan Cecep Saeful Rahmat, Kamis (13/7/2017).
Menurut
Cecep, balok-balok batu di Margalaksana tersusun rapih menjorok ke
dalam membentuk dinding berketinggian sekitar 50 meter dengan panjang
bentangan diperkirakan satu kilometer lebih, mulai Desa Margalaksana
hingga perbatasan Desa Mekarmukti. Dinding balok-balok batu tersebut
berada persis sepanjang sebuah aliran sungai kecil yang terdapat di
sana. Sehingga keberadaannya lebih merupakan bantaran sungai
bersangkutan.
Pada
musim hujan, dinding batu-batu balok tersebut tak terlalu kelihatan
karena tertutupi berbagai macam tanaman merambat yang tumbuh di sana.
Belum
diketahui jenis batu berbentuk balok-balok panjang tersebut. Namun
penduduk setempat menyebutkan batuan tersebut lebih keras dan lebih kuat
dibandingkan umumnya bebatuan yang dimanfaatkan penduduk untuk berbagai
keperluan di sana.
“Penduduk
juga tidak tahu jenis batuannya apa. Hanya menurut mereka, bukan bahan
batu biasa yang ada di sana. Batunya lebih kuat, dan seperti dibawa dari
luar. Makanya, penduduk memanfaatkan batu-batu balok ini untuk bangunan
rumah atau tatapakan karena kekuatannya itu,” ujar Cecep.
Selain
batu-batu berbentuk balok panjang, pada bagian lain terdapat deretan
batu berbentuk tak kurang uniknya, yakni berbentuk bundar cukup tebal
mirip lontong yang dipotong-potong. Batu tersebut cenderung lebih
berwarna sehingga diduga jenisnya berbeda dengan bebatuan berbentuk
balok panjang itu. Batu-batu bundar berdiameter cukup lebih sehingga
muat untuk tempat duduk.
Sebagian susunan batu bundar tersebut diduga runtuh tampak berserakan di sungai.
“Akan
ada rombongan dari arkeologi ke lokasi Batu Raden Cibiru. Menurut
sejumlah ahli yang sempat melihat ke lokasi, di Batu Raden ini ada
peninggalan situs yang hamper sama dengan situs Gunung Padang Cianjur.
Benar atau tidaknya, tentu mesti dilakukan penelitian lebih lanjut
lagi,” kata Cecep. (IJK)