Bewara GSP - Saat wabah virus korona
menghantui masyarakat saat ini, serangan nyamuk aedes aegypti juga tidak bisa
dianggap abai. Buktinya belasan warga di Cipeundeuy terjangkit DBD akibat
gigitan nyamuk tersebut. Hal tersebut diakui oleh Kepala Desa Wantilan, Komarudin.
Menurutnya 13 orang warganya sudah terjangkit DBD, dan sudah mendapati
penanganan oleh Puskesmas terdekat.
Kepala
Puskesmas Kalijati, Asep Supriatna mengatakan, penyebaran nyamuk aedes aegypti
sebagai penyakit musiman, seharusnya bisa dihindari dengan pola hidup sehat.
Dia juga menyampaikan sampai saat ini di UPTD Puskesmas Kalijati, belum ada
terdeteksi. Asep juga menyampaikan, terkait layanan kesehatan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), sebagai
upaya kampanye untuk terhindar dari penyakit DBD.
Menurut Asep, UPTD Puskesmas Kalijati telah
melakukan UKM, meliputi berbagai upaya. Antara lain, promosi kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit
tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan
gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan,
pengamanan zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan
bantuan kemanusiaan.
Pada kesempatan yang sama,
di tempat yang berbeda, dr umum di UPTD Puskesmas Rawalele, dr. Gilang Kukuh
Megantoro mengungkapkan, dari beberapa pasien yang sempat dia tangani, ada
beberapa orang yang gejalanya mirip dengan BDB. Beberapa orang malah sudah
terjangkit DBD, namun tidak dirawat di UPTD Puskesmas Rawalele. Pihaknya
meminta agar pihak Pemda Subang membagikan bubuk abate ke rumah-rumah.
Sementara itu, Kepala P2P Dinkes Subang dr
Maxi mengatakan, sesuai data bulan Maret 2020 ada 5 kasus DBD di Kabupaten
Subang. Kasus tersebut langsung ditindaklanjuti, dengan pemoggingan dan imbauan
untuk menerapkan PSN 9 pemberantasan sarang nyamuk. Dijelaskan Maxi, ada
perbedaan antara DD (Demam Dengue ) dan Demam Berdarah Dengue (DBD).
Mungkin
saja kebanyakan masyarakat terkena DD dan langsung berobat ke puskesmas.
Standar WHO, trombosit di bawah 100.000 dengan Hematrokit naik 20 persen,
sedangkan standar Kementrian Kesehatan, trombosit di atas 100.000. (pe)