Bewara GSP - Ditengah pandemi
covid-19, petani di Subang bersyukur masih bisa melaksanakan panen. Namun
terdapat kondisi yang miris, saat konidisi panen seperti ini harga gabah justru
anjlok dan fluktuatif. Menurut Ketua
Fraksi PDIP DPRD Kabupaten Subang H. Aming Kasmin, hal itu disebabkan oleh
adanya oknum yang bermain memonopoli harga.
Sehingga harga jual padi ketika
panen sangat rendah, apalagi panen raya sekarang ditambah saat berada dalam
situasi pandemic Covid-19 dijadikan alasan para spekulan/tengkulak untuk
menjatuhkan harga. Seperti halnya harga pupuk,
H. Aming menyebut setiap tahun selalu mengalami kenaikan.
Bahkan, bukan hanya
naik, terkadang langka karena kuotanya terbatas. Biaya sewa traktor serta upah
buruh tandur juga semakin naik. Sementara itu, Ketua DPRD Subang Narca
Sukanda ketika dimintai komentarnya juga mendukung agar calo-calo itu dibasmi.
Sebab, karena system calo ini, berdampak pada harga beras yang mahal namun
harga gabah dari petani dibeli dengan murah.
PPL Pamanukan M. Aditya Nugraha mengatakan
saat ini, harga gabah kering panen (GKP) untuk vareitas Ciherang berada diangka
Rp 5000-5200, varietas ketan Rp 4400 serta untuk Vareitas 42 Rp 4800/kilogram.
Padi dengan komoditas bisnis seperti 42, Ketan atau Tarabas
(teiken) memang cenderung fluktuatif dan sempat anjlok. Sebab, biasanya untuk
padi komoditas bisnis tersebut bisa mencapai Rp 6000/kilogram nya. Adit menyebut, memang ada
dilematis yang dihadapi petani.
Untuk padi Ciherang bisa masuk ke Bulog dengan
HPP yang sudah ditentukan yakni Rp 4150. Namun dengan kondisi yang lebih stabil
harga Ciherang bisa melampui HPP bulog. (pe)